Analisa Surja Petir Menggunakan Elektromagnetik Transien Program Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi

Main Article Content

Andi Junaidi

Abstract

Petir merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh terjadinya loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Petir menimbulkan adanya rambatan gelombang dengan amplitudo transien arus dan tegangan tinggi. Tegangan dan arus lebih yang ditimbulkan oleh petir selain dapat mengancam keselamatan jiwa manusia, juga dapat mengganggu peralatan dan sistem tenaga listrik. Gangguan akibat petir dapat timbul dari sambaran petir langsung (direct strike) dan tidak langsung (indirect strike). Oleh karena itu diperlukan suatu sistem proteksi yang mengamankan saluran transmisi, peralatan, atau manusia dari gangguan dan sambaran petir. Sambaran petir yang merusak isolator terdiri dari dari 2 sumber, yang pertama; yakni sambaran langsung kekawat tanah atau menara. Arus petir akan mengalir ketanah melalui menara dan kembali keatas dengan tegangan yang tinggi dan menyebakan rusak dan pecahnya isolator, fenomena ini disebut Back Flashover (BSF). Yang kedua yakni sambaran langsung ke kawat Fasa, arus petir akan mengalir sepanjang kawat fasa sebagai gelombang berjalan ke isolator dan merusak isolator, ini disebut Shielding Failures (SF).Fenomena-fenomena tersebut bisa dianalisa dengan simulasi menggunakan Elektromagnetik Transient Program.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Junaidi, A. (2021). Analisa Surja Petir Menggunakan Elektromagnetik Transien Program Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi. KILAT, 10(2), 359–369. https://doi.org/10.33322/kilat.v10i2.1450
Section
Articles

References

[1] T. Mejoyo and T. Kerawanan, “Simple Additive Weighting ( Saw ) Di Wilayah Surabaya,” vol. 06, 2017.
[2] E. Aldrian, “Pola Hujan Rata-Rata Bulanan Wilayah Indonesia; Tinjauan Hasil Kontur Data Penakar Dengan Resolusi ECHAM T-42,” J. Sains dan Teknol. Modif. Cuaca, vol. 1, no. 2, pp. 113–123, 2000.
[3] P. Fisis and D. Awan, “Proses Fisis–Dinamis Awan dan Modifikasinya *),” pp. 1–13.
[4] P. Chowdury, “Electromagnetic Transients In Power System.” 1996.
[5] A. Of et al., “Analisis Tingkat Kerawanan Bahaya Sambaran Petir Dengan Metode Simple Additive Weighting Di Provinsi Bali Analysis of the Level of Area Vulnerability To Lightning Strike Using Simple Additive Weighting in Bali Province,” pp. 193–201, 2014.
[6] E. SUSANTO, “Penentuan Daerah Rawan Bencana Sambaran Petir Di Wilayah Kabupaten Dan Kota Bandung Jawa Barat,” J. Ilmu dan Inov. Fis., vol. 2, no. 2, pp. 137–144, 2018, doi: 10.24198/jiif.v2i2.19728.
[7] J. A. I. Paski, Y. H. Permana, and yah A. S. Pertiwi, “Analisis Sebaran Petir Cloud To Ground (Cg) Di Wilayah Jabodetabek Pada Tahun 2016,” vol. VI, pp. SNF2017-EPA-65-SNF2017-EPA-72, 2017, doi: 10.21009/03.snf2017.02.epa.10.
[8] A. Junaidi and R. Zoro, “Lightning performance analysis of extra high voltage 500 Kv 2 circuits and 4 circuits in Sumatera,” Int. Conf. High Volt. Eng. Power Syst. ICHVEPS 2017 - Proceeding, vol. 2017-January, no. 2, pp. 372–376, 2017, doi: 10.1109/ICHVEPS.2017.8225873.
[9] Badan Standardisasi Nasional, “Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung,” Sist. Prot. petir pada bangunan gedung ICS, p. 112, 2004.
[10] A. Ametani and T. Kawamura, “A method of a lightning surge analysis recommended in Japan using EMTP,” IEEE Trans. Power Deliv., vol. 20, no. 2 I, pp. 867–875, 2005, doi: 10.1109/TPWRD.2004.839183.